PRAGMATISME
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
FILSAFAT
Dosen Pengampu:
Drs.Muh Afif
Disusun Oleh :
Muchammad
‘Izzul Ma’aly
111516
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB (PBA)
2012
BAB I
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB (PBA)
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata banyak pakar, filsafat adalah
induk dari segala ilmu pengetahuan yang telah berkembang menjadi begitu banyak
cabang. Salah satu cabangnya yang berkembang begitu pesat ialah filsafat ilmu
pengetahuan. Dengan demikian pula, corak sistem kefilsafatan menjadi sangat beragam dan
rumit.[1]
Wacana filsafat yang
menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya abad ke 17, adalah persoalan
epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana yang paling
memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud dengan
kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak
epistemologi ini, maka dalam filsafat abad ke 17 munculah dua aliran filsafat
yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran
filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirisme.
Empirisme sendiri pada
abad ke 19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi beebrapa aliran yang berbeda, yaitu positivisme,
materialisme, pragmatisme. Dibawah ini, akan diulas lebih jelas tentang aliran
pragmatisme.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Pragmatisme?
2.
Siapa
Saja Tokoh Filsafat Pragmatisme?
3.
Bagaimana
Kritik Terhadap Pragmatisme?
4.
Apa
daya tarik Pragmatisme?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui maksud dari
filsafat pragmatisme beserta tokoh, kritik dan daya tarik dari filsafat
pragmatisme tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata
pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah
suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima
segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman
pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai benar dan dasar tindakan asalkan membawa akibat
yang pragtis yang bermanfaat. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah
“manfaat bagi hidup praktis”
Kata pragmatisme sering sekali di
ucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata,
rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya adalah rencana ini kurang praktis.
Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang
sebenarnya, tapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.[2]
Pragmatisme adalah aliran dari
filsafat yang berpandangan bahwa
kriteria kebenaran sesuatu adalah apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau
peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan
bagi masyarakat tertentu, tetapi berguna bagi masyarakat yang lain. Maka
konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Pragmatisme dalam perkembanganya
mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari ggasan asal yang sama.
Kendati demikian ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatism yaitu, (1) Menolak segala
intelektualisme dan (2) Absolutisme, serta (3) Meremehkan logika formal.
Pragmatisme berpegang teguh pada
praktek. Berusaha menemukan asal mula
serta hakekat terdalam segala sesuatu merupakan kegiatan yang sangat menarik,
meskipun kegiatan tersebut luar biasa sulitnya. Sejarah menunjukan sengketa
antara masalah ini di bidang filsafat selalu menyebabkan adanya sementara orang
yang menoloknya sebagai suatu masalah yang menyebabkan sementara orang yang
lain memandangnya sebagai suatu yang tidak berfaedah.
Penganut pragmatisme menaruh
perhatian pada praktek. Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan
untuk hidup yang berlangsung terus-menerus yang di dalamnya terpenting
adalah konsekuensi-konsekuensi yang
bersifat praktis. Konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis tersebut erat
hubunganya dengan makna dan kebenaran.
B.
Tokoh-tokoh
Pragmatisme
1.
Wiliam
James (1842-1910)
Wiliam
James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Hery James,Sr. ayahnya adalah
orang yang terkenal, berkedudukan yang tinggi, pemikir yang kreatif, selain
kaya keluarganya memang dibekali kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya
juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James
rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan
masa belajar yang dibarengi usaha yang kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang
berkenaan dengan kehidupan karya-karyanya antara lain, The Principles of
psychology (1890),Thee Will to Belive (1897), the Varietes of Religious
Exsperience (1902), dan Pragmatism(1970).[3]
Di
dalam bukunya the Maening Of Truth, Arti kebenaran, James mengemukakan bahwa
tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap yang
berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman
kita berjalan terus dan segala yang kita
anggap benar dalam pengembangan itu
senantiasa berubah, kaena dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat
dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu tidak ada kebenaran
mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya dalam bentuk jamak) yaitu
apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat di ubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai
pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya
tergantung dari keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan
itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya jika memperkaya hidup serta
kemungkinan-kemungkinan hidup.
Di
dalam bukunya, the Varietes of Religious Exsperience atau keaneka ragaman
pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa
gejala keagamaan itu berasal dari
kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri
didalam kesadaran dengan cara yang
berlainan , barang kali didalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu
realistis cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab
tiada sesuatu yang meneguhkan hal itu
secara mutlak. Bagi orang perorang kepercayaan terhadap suatu realistis cosmis
yang lebih tinggi merupakan nilai
subyektif yang relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan
penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup perasaan damai keamanan dan
kasih kepada sesama dan lain-lain.
James
membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekannya
kedalam pendidikan. Pemdidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata
lain orang yang paling bertanggungjawab terhadap gernerasi Amerika sekarang
adalah Wiliam James dan John Dewey. Apa yang merusak dari filsafat mereka itu?
Satu saja yang kita sebut : Pandanganbahwa tidak ada hokum moral umum, tidak
ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme,
individualisme, dan dua ini sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan
manusianya itu sendiri.
2.
John
Dewey (1859-1952)
John
Dewey lahir di Baltimore, Sekalipun Dewey bekerja sendiri terlepas dari Wiliam
James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakan persamaan dengan gagasan
James. Dewey adalah seorang yang pragmatis, menurutnya pragmatisme bertujuan
untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan
manusia serta aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Sebagai
pengikut pragmatism John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah
memberikan pengaruh bagi kehidupan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam
pemikiran-pemikiran metafisik yang kurang praktis tidak ada faedahnya. Dewey
lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman
adalah salah satu kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan
mengolahnya secara aktif kritis. Dengan demikian filsafat akan akan dapat
menyusun norma-norma dan nilai-nilai.
Instrumentalisme
adalah suatu usaha untuk menyusun teori yang logis dan tepat dari
konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalan
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran itu berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut
Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey
dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita
namakan instrumentalisme. Pertama, kata “temporalisme” yang berarti ada gerak
dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua,
kata “futurisme” mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari
kemaren. Ketiga, kata “milionarisme” berarti dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini
dianut oleh Wiliam James.
C.
Kritik
Terhadap pragmatism
Kekiliruan
pragmatism dapat di buktikan dalam tigatataran pemikiran :
- Kritik dari segi landasan pragmatism
Pragmatisme
dilandaskan pada pemikiran dasar (Aqidah) pemisahan agama dari kehidupan
(sekularisme). Hal ini Nampak dari perkembangan historis kemunculan pragmatisme
yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme. Dengan demikian dalam
konteks idiologis, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Jadi,
pemikiran pemisahan agama dari kehidupan merupakan jalan tengah diantara dua sisi pemikiran
tadi. Penyelesaian jalan tengah mungkin saja dapat terwujud di antara dua
pemikiran yang berbeda (tapi masih
mempunyai azas yang sama). Namun penyelesaian seperti ini tidak akan terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif.
Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah mengakui
keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan
dari sinilah dinahas apakah Al Khaliq telah menentukan suatu peraturan tertentu
dan manusia diwajibkan untuk
melaksanakanya dalam kehidupan dan apakah Al Khaliq akan menghisab manusia
setelah mati megenai kriterianya terhadap peraturan Al Khaliq ini. Sedang yang
kedua adalah mengingkari keberadaan Al Khaliq. Dan dari sinilah dapat dicapai
kesimpulan, bahwa agama tidak perlu lagi dipisahkan dari kehidupan,tapi bahkan
terus dibuang dari kehidupan.
- Kritik dari segi metode pemikiran
Pragmatisme
yang tercabang dari Emperisme Nampak jelas menggunakan metode Ilmiyah yang
menjadikan sebagai asas berfikir untuk segala bidang pemikiran baik yang berkenaan dengan saint danteknologi
maupun ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan
ini adalah satu kekeliruan.
- Kritik terhadap pragmatisme itu sendiri
Pragmatisme
adalah aliran yang mengukur kebenaran
suatu ide dengan kegunaan praktis yang
dihasilkanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ide ini keliru dari tiga sisi.
Pertama,
pragmatisme mencampur adukan kriteria kebenaran
ide dengan kegunaan praktisnya. Kebenaran suatu ide adalah satu hal,
sedangkan praktis ide itu adalah hal lain. Kebenaran sebuah ide diukur
dengan kesesuaian ide itu dengan
realistas, atau dengan standar-standar yang dibangun di atas ide dasar yang sudah diketahui kesesuaiannya dengan
realitas. Sedang kegunaan praktis suatu ide untuk memenuhi hajat hidup manusia
tidak diukur dari keberhasilan penerapan ide itu sendiri, tetapi dari kebenaran
ide yang diterapkan. Maka, kegunaan praktis ide tidak mengandung implikasi
kebenaran ide, tetapi hanya menunjukan
fakta terpuaskanya kebutuhan manusia.
Kedua,
pragmatisme menafikan peran manusia. Menetapkan kebenaran sebuah ide adalah
aktivitas intelektual dengan menggunakan standar-standar tertentu. Sedang
penetapan kepuasan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah sebuah identivikasi instinktif. Memang indentifikasi instinktif dapat menjadi ukuran
kepuasan manusia dalam pemuasan hajatnya, tapi tak dapat menjadi ukuran
kebenaran sebuah ide. Maka, pragmatisme telah menafikan aktivitas intelektual
dan menggantinya dengan identifikasi instinktif. Atau dengan kata lain,
pragmatisme telah menundukan keputusan akal kepada kesimpulan yang dihasilkan
dari identifikasi instinktif.
Ketiga,
pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan
kebenaran subyek penilaian ide, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dan perubahan kontek waktu dan tempat.
Dengan kata lain kebenaran hakiki pragmatisme baru dapat dibuktikan menurut
pragmatisme itu sendiri setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat. Dan ini
mustahil dan tak akan pernah terjadi. Maka, pragmatisme telah menjelaskan ikonsistensi internal yang dikandungnya dan
menafikan dirinya sendiri.
D.
Daya
Tarik Pragmatisme
Dengan sejumlah cara pragmatisme
merupakan sebuah ajaran yang menarik bagi sementara orang. misalnya, paham
tersebut menitik beratkan pada pengalaman dan bersifat naturalistik, tetapi
sekaligus menyerahkan tugas yang nyata-nyata bersifat kraetif kepada orang yang
memperoleh pengetahuan. Pragmatisme bersangkutan dengan masalah-masalah mengenai organisme di dalam perjuangan untuk kelangsungan hidupnya, dan menjadikan
penyelesaian masalah sebagai pendorong
bagi tingkah laku, dan karenanya sebagai kunci bagi semua penafsiran
kefilsafatan.
Bahkan perenungan kefilsafatan
dipandang sebagai alat untuk menyelesaikan masalah mengenai pentesuaian.
Selanjutnya pragmatisme memberi dorongan untuk bertindak. Disinilah letak
kekuatan kreatif suatu organisme; ia tidak puas hanya memandang sesuatu secara
pasif. Diatas segala-galanya pragmatisme merupakan suatu ajaran yang
memberikan ukuran bagi makna dan
kebenaran berdasarkan atas proses yang hidup dari penyelesaian masalah. Hal ini
sangat menarik bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang ingin mengubah
dunia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pragmatisme
berpegang teguh pada praktek, memiliki kekuatan kraetif, karena pragmatisme
memberi dorongan untuk bertindak. Pragmatisme juga suatu paham yang menarik
bagi banyak orang namun terdapat juga
kelemahan dalam paham ini.
Tokoh-tokoh
Pragmatime:
1.
Wiliam
James (1842-1910)
2.
John
Dewey (1859-1952)
Kritik Terhadap
Pragmatisme:
1.
Kritik
dari segi landasan pragmatism
2.
Kritik
dari segi metode pemikiran
3.
Kritik
terhadap pragmatism itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Katt soff, L.O.1989. Pengantar
Filsafat(Terjemahan Soesono Soemargono).Yogyakarta: Tiara Wacana.
Praja, Juhaya.S. 2003.
Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta Timur: Prenada Media.
Tafsir, Ahmad.1990.Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zainuddin, Fananie.
1992. Filsafat Ilmu dan Perkebangannya. Surakarta: Muhammadiyah
University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar